Nur Zidny Ilmanafia: Memadukan Teknologi dan Psikologi Untuk Meningkatkan Pelayanan Konsumen

Nur Zidny Ilmanafia atau yang kerap disapa dengan nama Zidny merupakan salah satu alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berkarier sebagai User Experience (UX) Researcher. Alumni angkatan 2014 ini mengisi masa perkuliahhannya dengan beragam kegiatan di dalam maupun di luar fakultas untuk mengembangkan minat dan bakat yang ia miliki. Beberapa aktivitas yang ia ikuti seperti bergabung dengan Center of Indigenous and Cultural Psychology (CICP) yang membawa Zidny masuk dan berkecimpung di dunia penelitian. Salah satu pengalaman yang paling berkesan selama menjadi bagian dari CICP yakni mengikuti konferensi dan melakukan presentasi hasil penelitian di Asian Association Indigenous Cultural Psychology (AAICP) yang dilaksanakan pada tahun 2015 lalu. Tidak hanya itu, ia yang juga aktif di Sanggar Kesenian Aceh UGM (SAKA UGM) mendapatkan kesempatan untuk mengikuti dan meraih juara dalam kompetisi folklore internasional di Italia. Keikutseraannya pada kegiatan tersebut memberikan wadah tersendiri bagi Zidny untuk mengasah keterampilan project management yang bermanfaat hingga kini.

Alumni yang mengawali karier sebagai freelance researcher di salah satu e-commerce terbesar di Indonesia ini membagikan perjalanannya hingga kini berkecimpung di dunia UX research. Zidny mengisahkan bahwa ia memiliki minat yang tinggi terhadap hal-hal yang berbau teknologi sedari ia duduk di bangku sekolah. Minatnya tersebut terus tumbuh dan saat memasuki dunia perkuliah ia memiliki ketertarikan tersendiri mengenai keterkaitan antara perilaku manusia dengan teknologi. Sejalan dengan minat yang ia miliki, aktivitas yang ia lakukan di kampus juga turut mengasah keterampilannya dalam melakukan penelitan. Pada akhir masa perkuliahan hingga setelah kelulusannya, Zidny mulai tertarik untuk memasuki bekerja di perusahaan dengan basis teknologi. Meskipun memiliki minat dan passion yang kuat di bidang tersebut, keterbatasan informasi saat itu membuatnya kesulitan dalam menemukan celah untuk bergabung di perusahaan teknologi. Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi dan keuletan yang ia miliki, Zidny menemukan peluang kerja di e-commerce dengan latar belakang pendidikan psikologi yang ada yakni di sebagai UX researcher. Area kerja seorang UX researcher merupakan ranah yang banyak menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam praktiknya.

Seiring tumbuhnya perusahaan berbasis teknologi di seluruh penjuru dunia dan tidak terkecuali Indonesia, kebutuhan akan UX researcher ini juga terus meningkat, akan tetapi tidak banyak yang mengetahui bidang tersebut. Berdasarkan pengalaman yang ia miliki, Zidny membagikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan seorang UX researcher. Ia menceritakan bahwa pada dasarnya, tugas utama yang ia miliki adalah melakukan riset baik kuantitatif maupun kualitatif dalam rangka mengumpulkan insight tentang perilaku dan kebutuhan pengguna yang mana insight tersebut digunakan sebagai acuan dalam proses mendesain suatu produk.

Alumni yang saat ini bekerja di Jabar Digital Service ini menggambarkan beberapa perbedaan pekerjaan sebagai UX researcher di dua area yang berbeda, instansi pemerintahan, dan e-commerce. Perbedaan utama dan mendasar adalah orientasi pekerjaan yang saling bertolak belakang. Perusahaan swasta lebih bertujuan pada peningkatan bisnis dan profit, sedangkan instansi milik pemerintah proyek-proyeknya cenderung berorientasi untuk memfasilitasi digitalisasi penyelenggaraan pemerintahan dan layanan masyarakat. Hal lain yang berbeda ialah familiaritas instansi terhadap human-centered design, yang mana perusahaan-perusahaan swasta sudah lebih dahulu mengedepankan pendekatan tersebut, sedangkan pendekatan ini merupakan hal baru bagi instansi pemerintahan. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena memerlukan penyesuaian dalam penerapannya, terutama berkaitan dengan pengembangan produk pada kondisi atau kebijakan yang berubah-ubah.

Meskipun terkendala akan proses desain produk yang belum mengedepankan prinsip human-centered, ia menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam mempromosikan empati terhadap pengguna. Pertama, dengan cara konsisten memberikan valuable insight berdasarkan hasil riset yang menunjukkan kesulitan yang dialami pengguna.  Tahap selanjutnya, ia akan mengeksplorasi cara-cara kreatif dalam mengkomunikasikan hasil riset agar lebih mudah dipahami oleh pihak-pihak terkait. Selain itu, ia juga berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam memberikan ide serta solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada. Meskipun pekerjaan ini memiliki challenge tersendiri, Zidny mengungkapkan bahwa pengalaman positif juga ia alami seperti berkembangnya kesadaran mengenai pentingnya curiousity dan penggunaan data sebagai dasar pengambilan keputusan, selalu adaptif, kreatif dan juga inovatif. Selain itu, Zidny juga merasakan bahwa secanggih apapun teknologi yang dikembangkan tidak bisa optimal jika tidak memperhatikan pengguna.

Akhir-akhir ini, mulai banyak perusahaan maupun instansi yang mulai menyadari betapa pentingnya orientasi dan riset terhadap pengguna. Kondisi ini dijelaskan Zidny membuat kebutuhan akan UX researcher berkembang pesat. Mengingat tingginya kebutuhan di lapangan, Zidny memberikan beberapa saran bagi para alumni muda maupun teman-teman mahasiswa yang ingin bergelut di bidang yang sama. Pertama-tama, kita harus bangga sebagai lulusan Fakultas Psikologi UGM karena banyak ilmu yang sangat relevan untuk diterapkan dalam bidang UX research, seperti aspek kognitif maupun sosial yang mempengaruhi perilaku pengguna. Selanjutnya kita dapat membangun portfolio yang relevan melalui perlombaan, komunitas, seminar hingga kegiatan magang. Meskipun belum memiliki portfolio yang relevan, kita dapat mengembangkan portfolio melalui studi kasus UX dari suatu aplikasi. Selain pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku konsumen, Zidny juga menyarankan agar selalu membuka wawasan dan mempelajari ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan bisnis dan perkembangan teknologi. Hal tersebut bertujuan agar daya saing kita di pasar pekerja tetap tinggi dan senantiasa menjadi problem solver yang mengeimbangkan desirability (keinginan dan kebutuhan pengguna), feasibility (dapat dimplementasikan secara teknis), dan viability (menguntungkan secara bisnis). (Anjuni)