Laela Siddiqah: Membangun Biro Psikologi sebagai Sarana Mengabdi dan Berbagi

Memulai pendidikan sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1999 menjadi karunia dan kebahagiaan tersendiri bagi Laela Siddiqah. Meskipun sempat mengalami kendala pada tahun pertama perkuliahannya, alumnus yang kini menetap di Bontang, Kalimantan Timur ini tidak mudah menyerah dan terus berjuang. Melalui perjuangan tersebut ia tidak hanya mampu menyesuaikan dengan kehidupan perkuliahan tetapi juga mengukir beragam prestasi dan tetap aktif terlibat di kegiatan kemahasiswaan seperti Lembaga Mahasiswa Fakultas Psikologi. Salah satunya yaitu berkesempatan mendapatkan posisi tiga besar untuk skripsi yang ia tulis pada salah satu kompetisi penulisan ilmiah, yaitu Suwarsih Warnaen Award tahun 2004.

Setelah menamatkan pendidikan Sarjana pada tahun 2004 dan bekerja beberapa waktu, Laela berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan Magister Profesi Psikologi dan lulus pada tahun 2009. Perjalanan yang ia lalui untuk menyelesaikan pendidikannya tidak mudah, terlebih dengan status long distance marriage (LDM). Namun demikian, kondisi tersebut tidak menghalanginya untuk kembali berprestasi. Seperti pada kesempatan sebelumnya, tugas akhir atau tesis yang ia susun mendapatkan juara dua pada Kompetisi Nasional Tesis Psikologi I tahun 2010, dan karyanya juga masuk ke jurnal.

Lulus dengan berbagai pencapaian yang memuaskan, alumnus yang pernah menjadi asisten psikolog di Unit Konsultasi Psikologi (UKP) UGM ini melanjutkan hidupnya di Bontang Kalimantan Timur mengikuti lokasi pekerjaan sang suami. Pada saat itu, Laela yang mengetahui bahwa di daerah tersebut baru ada satu biro psikologi yang hari praktiknya terbatas, merasa tergerak untuk mendirikan sebuah biro yang nantinya dapat memberikan layanan kepada masyarakat secara lebih maksimal. Bersama kedua temannya, Laela berhasil mendirikan Lembaga Psikologi Insan Cita pada bulan Januari 2010 sebagai wadah untuk mengamalkan ilmu dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Mendirikan lembaga psikologi di daerah pada saat itu tidaklah mudah. Laela beserta dua orang temannya mendapatkan tantangan yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Dengan masih terbatasnya biro psikologi yang ada di Bontang, maka tidak heran jika literasi masyarakat mengenai kesehatan mental dan juga peran psikolog masih rendah. Berkenaan dengan hal tersebut, tantangan pertama yang dihadapi pada tahun pertama mendirikan lembaga psikologi adalah mengenalkan siapa itu psikolog, layanan psikologis, serta menjalin kerja sama dengan beragam instansi di sekitar Bontang. Selain itu, karena kurangnya pemahaman mengenai layanan psikologis, cukup banyak klien yang tidak berkenan membayar sesuai standar harga pelayanan.

Dari segi administrasi dan internal, biro yang ia dirikan juga menghadapi kendala tersendiri berkaitan dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) maupun persaingan pasar tenaga kerja dengan perusahaan besar di kota tersebut. Dengan kondisi SDM seperti itu, mau tidak mau tim dari biro psikologi yang digawanginya ini sering kali mengalami pergantian anggota. Tidak hanya itu, terbatasnya SDM terutama sarjana psikologi juga menjadi tantangan tersendiri karena program asistensi yang biasanya dapat dilakukan oleh sarjana psikologi juga terhambat. Sedangkan tantangan lain yang harus ia hadapi hingga saat ini adalah mengembangkan diri dan terus berinovasi untuk menguatkan kapasitas diri dalam memberikan layanan psikologis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Asam garam yang telah ia rasakan selama menjalankan dan mengembangkan Lembaga Psikologi Insan Cita sebelas tahun terakhir mengajarkannya banyak hal terutama terkait dengan kendala atau tantangan yang disebutkan sebelumnya. Laela menjelaskan beberapa hal yang ia terapkan maupun tanamkan dalam pikirannya. Pertama, dalam menyelesaikan kendala yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan, kita perlu memiliki pemahaman mengenai kondisi dan juga karakteristik dari lingkungan kita. Dengan begitu kita dapat menentukan strategi yang tepat dan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Kedua, di samping harus memiliki harapan yang ideal, memiliki kesediaan hati untuk menerima hasil yang berbeda dari harapan kita juga salah satu hal penting yang harus ditekankan kepada diri sendiri. Hal ini dikarenakan proses mengembangkan biro itu tidaklah mudah dan perjalanannnya penuh dengan lika-liku. Ketiga, kemampuan untuk menyesuaikan beberapa aspek tanpa menghilangkan poin-poin mendasar dalam pelayanan psikologis juga perlu untuk diterapkan. Hal tersebut dikarenakan saat berpraktik di lapangan, kita akan berinteraksi dan bekerja sama dengan berbagai orang dengan karakteristik maupun latar belakang yang berbeda. Keempat, dari dalam diri sendiri juga perlu bersedia untuk selalu belajar dan terbuka dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Kelima dan menjadi kunci adalah miliki dan ingatlah alasan yang kuat dan mendasar dari terbentuknya biro ini beserta tujuannya. Adanya alasan yang kuat dan tujuan yang besar ini akan menjadi modal untuk selalu bangkit setiap kali jatuh atau merasa belum mencapai harapan yang ingin diwujudkan.

Meskipun perjalanannya dalam berpraktik dan mengembangkan biro psikologi menghadapi beragam kendala dan tantangan, ia tetap dapat menikmati profesi saat ini dengan dibuktikan beragam pengalaman berharga yang ia dapatkan selama ini. Sebagai seorang psikolog, hal yang menyenangkan bagi Laela ketika berpraktik adalah melihat perkembangan positif pada diri klien. Selain itu, adanya respon dan mendapatkan kesan baik dari klien atas layanan yang ia berikan juga meninggalkan kesan tersendiri bagi Laela. Bukan hanya itu, beragam kegiatan pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan sosial yang ia lakukan bersama dengan berbagai instansi juga memunculkan kebahagiaan tersendiri untuknya. Misalnya saja melalui kesempatan bergabung dengan satuan tugas (satgas) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di bawah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berecana Kota Bontang, staf ahli di LK3 di bawah Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat serta menjadi pengurus PKK Kota Bontang. Tidak berhenti pada kegiatan-kegiatn tersebut, pengalaman menyenangkan juga ia dapatkan dari beragam aktivitas di bidang pendidikan seperti turut aktif menggagas Kelas Inspirasi dan mengajak masyarakat dari beragam kalangan untuk menjadi relawan pengajar di sekolah-sekolah pinggiran. Selain menjadi salah satu sumber kebahagiaan selama berpraktik, beragam kegiatan yang ia lakukan ini juga menjadi sarana yang baik untuk Leala mengenal dan dikenal masyarakat luas.

Selain aktif dengan praktik dan beragam kegiatan kemasyarakatan, Laela juga menjadi bagian dari Psikolog Masuk Sekolah (Psimas) yang digagas tahun 2020 oleh Paguyuban Alumni Magister Profesi Psikologi (PAMPSI). Ia bergabung dengan kegiatan ini dengan tujuan untuk meningkatkan kontribusinya di dunia pendidikan serta menjadi sarana untuk menggaungkan serta menguatkan peran psikolog baik di lingkungan masyarakat maupun instansi pendidikan. Kegiatan Psimas ini juga menjadi sarana baginya untuk selalu terhubung dengan rekan sejawat dari berbagai daerah yang mana juga dapat menjadi ajang berdiskusi serta kolaborasi dalam menyusun strategi baru untuk praktik. Tidak hanya itu, kegiatan-kegiatan yang ia lakukan bersama Psimas juga menyenangkan dan memberikan penyegaran serta membangkitkan semangat untuk terus berbagi di tengah pandemi.

Tidak hanya membagikan pengalamannya sejak menjalani perkuliahan hingga kini telah sukses dengan praktik yang ia jalankan, Laela juga membagikan beberapa pesan untuk teman-teman mahasiswa maupun alumni muda, terutama para calon psikolog. Apabila memiliki keinginan untuk membangun biro psikologi setamat pendidikan Magister Profesi Psikologi terutama di daerah, maka harus memantapkan hati serta milikilah alasan yang kuat. Selain itu, di tengah perkembangan teknologi yang tidak terbendung, gunakanlah teknologi yang tersedia saat ini dengan baik untuk promosi, interaksi, kolabolasi dan masih banyak lagi. Tidak lupa untuk mempelajari karakteristik lingkungan agar dapat menentukan strategi yang tepat kedepannya. Pesan terakhir adalah mulailah dan terus berjalan serta berbuat, karena setiap perjalanan menjadi “isi” dan menjadi penguat untuk biro yang didirikan. (Anjuni)