Rosalia Sulistyantari: Terus mengembangkan diri di tengah dunia yang semakin cepat berubah

Rosalia Sulistyantari merupakan alumni angkatan 2007 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang saat ini tengah berkarier di Tokyo, Jepang. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi, alumni yang kerap disapa Rosalia ini aktif mengikuti beragam kegiatan, antara lain International Student Week in Ilmenau (ISWI) yang berlangsung selama 2 minggu di Ilmenau University of Technology, Jerman; program pertukaran mahasiswa selama satu semester di Fukuoka Women’s University, Jepang; Lomba Cerdas Cermat Psikologi se-Indonesia di Universitas Kristen Maranatha, dan juga kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh Dikti.

Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Rosalia bergabung di sebuah bank internasional yang berlokasi di Jakarta. Pada karier pertamanya, ia berkesempatan menjadi Management Trainee (MT) selama dua tahun. Sebagai seorang MT, Rosalia mendapatkan berbagai macam pelatihan di kelas, pelatihan daring, dan juga On the Job Training (OJT), ke beberapa departemen yang berbeda setiap enam bulan sekali. Setiap kali menyelesaikan OJT di sebuah departemen, ia harus mempresentasikan hasil dari OJT tersebut di depan Managing Committee. Setelah menyelesaikan masa MT, ia mendapatkan penempatan sebagai Asisten Manajer di Credit Risk Control Department dan menjalani karier di departemen tersebut selama beberapa tahun.

Walaupun telah membangun karier di Jakarta, Rosalia masih memiliki mimpi untuk melanjutkan pendidikan S2 dan juga mengembangkan karier di luar negeri. Setelah melakukan berbagai pertimbangan, akhirnya Rosalia memutuskan untuk menempuh Master in Business Administration (MBA) di sebuah universitas di Jepang. Pada tahun 2016, ia mengundurkan diri dari bank di mana ia bekerja saat itu dan memulai peran baru sebagai mahasiswa Program MBA dengan dukungan beasiswa penuh dari sebuah perusahaan Jepang. Di tengah jadwal kuliah, kerja paruh-waktu, dan berbagai kegiatan sosial yang padat, Rosalia tetap aktif melakukan job-seeking di Jepang. Usahanya ini berbuah hasil, ia mendapatkan tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan konsultan IT, bahkan sebelum lulus dari Program MBA. Setelah mendapatkan gelar MBA, Rosalia memulai kariernya sebagai Associate Consultant di Enterprise Business Service Solutions (EBSS) yang berlokasi di Tokyo.

Sebagai seorang konsultan IT, Rosalia harus siap ditugaskan ke berbagai proyek yang berbeda dan menghadapi klien dan juga tim dengan karakter yang berbeda pula. Misalnya saja pada proyek pertama yang dilakukannya, yakni Enterprise Resource Planning (ERP) System, kliennya adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di Singapura dan rekanan yang turut terlibat adalah  sebuah perusahaan IT di India, sementara Rosalia sendiri berada di Jepang. Ia hanya mengunjungi klien di Singapura setiap tiga bulan sekali, sehingga harus menjalankan sebagian besar proyek secara jarak jauh. Saat ini proyek tersebut sudah selesai dan Rosalia mendapatkan proyek baru untuk klien domestik di Jepang.

Meskipun pekerjaan yang dilakukannya saat ini cukup berbeda dari ranah psikologi, Rosalia mengakui bahwa selama menjalani kariernya, ia banyak menerapkan ilmu yang didapatkan selama belajar di Fakultas Psikologi UGM. Misalnya saja ilmu Psikologi Lintas Budaya yang ia terapkan ketika menghadapi tim yang berasal dari berbagai negara dan latar belakang yang berbeda, seperti pada proyek pertamanya.

Dengan tugasnya saat ini, Rosalia menghadapi klien domestik, artinya ia harus mampu berkomunikasi dalam Bahasa Jepang dengan lancar dan memahami budaya kerja di perusahaan Jepang. Kedua hal tersebut masih kerap menjadi tantangan bagi dirinya. Meskipun demikian, Rosalia tetap berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang melalui komunikasi dengan rekan dan klien maupun belajar Bahasa Jepang di luar jam kerja.

Sebagai seseorang yang sempat merasakan bekerja di Indonesia, Rosalia menceritakan perbedaan yang ia alami ketika bekerja di Indonesia dengan di Jepang. Berbeda dengan orang Indonesia yang sikap dan perilakunya tidak terlalu berubah saat bekerja dan saat di luar kerja, orang Jepang cenderung lebih serius dan kaku ketika bekerja. Namun, di luar jam kerja, mereka bisa berubah menjadi jauh lebih santai dan ramah. Karena itulah orang Jepang memiliki budaya untuk makan dan minum bersama selepas jam kerja untuk membangun komunikasi antar pribadi yang lebih baik.

Berkenaan dengan merebaknya Covid-19 di Jepang, Rosalia menjalankan Work from Home sejak awal April lalu. Rosalia mengaku terkejut sekaligus senang karena ternyata hampir semua pekerjaan yang harus ia lakukan ternyata dapat diselesaikan dari rumah tanpa ada kendala yang cukup berarti. Untuk menghadapi tantangan selama masa pandemi, Rosalia melakukan berbagai aktifitas seperti rajin berkomunikasi melalui video call dengan keluarga dan teman untuk mencegah perasaan terisoliasi dan mengatur ruangan agar nyaman untuk bekerja dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, berkurangnya aktivitas fisik membuat ia kini menjadi lebih rajin berolahraga daripada sebelumnya. Ia menyarankan untuk meluangkan waktu minimal 30 menit per hari untuk berolahraga, termasuk olahraga ringan seperti berjalan kaki. Menurut Rosalia, masa pandemi ini memberikan banyak kesempatan bagi dirinya untuk memikirkan kembali rencana jangka panjang maupun jangka pendek dalam hidupnya serta mengembangkan kemampuan baru yang akan berguna di masa depan.

Sebagai alumni yang memiliki pengalaman kerja di dalam maupun di luar negeri, Rosalia membagikan beberapa masukan untuk teman-teman alumni muda maupun mahasiswa. Pertama, menyusun rencana hidup itu penting, namun jangan lupa untuk memberikan ruang untuk perubahan atau penyesuaian. Saat membuat rencana, sangat penting untuk mengeksplor semua kesempatan dan kemungkinan yang ada. Di tengah dunia yang memasuki era Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA), individu dituntut untuk bisa menangkap peluang dan memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi. Saat ini, membangun karier di bidang yang non-linier merupakan sesuatu yang wajar. Selain mengembangkan kemampuan beradaptasi, individu juga perlu memilah informasi yang didapatkan agar tepat sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kemauan untuk selalu belajar serta menambah skill yang berguna. Dengan demikian, individu dapat selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi dunia saat ini, yang selalu berubah dan penuh dengan ketidakpastian. “Jangan takut mengeksplor hal baru. Keep challenging yourself.”  (Anjuni)