Perjalanan dan Prinsip Kesuksesan Karir Albertha Sekundarti

Bagi Albertha Sekundarti, tidak ada batasan dalam meraih kesuksesan dan mengembangkan diri. Selama kurang lebih lima belas tahun, pengalaman kerja alumni yang biasa disapa Bertha ini mencakup menjadi reporter di televisi nasional, berkecimpung di dunia asesmen dan training, hingga menjadi direktur HR di sebuah perusahaan multinasional.

Memasuki Fakultas Psikologi UGM pada tahun 1998, takdir justru mengarahkan perjalanan awal karir Bertha di ranah media. Perjalanan karirnya diawali sejak kuliah, ketika ia tergabung sebagai penyiar di radio Swaragama FM. “Awalnya saya cuma ingin punya kegiatan yang menghasilkan uang dan jadwalnya fleksibel,” alasannya. Sejak saat itulah Bertha mengaku jatuh cinta dengan dunia public speaking. Setelah lulus dengan gelar Psikolog di tahun 2004, Bertha melanglang buana sebagai pembawa berita di beberapa stasiun televisi: dimulai di Metro TV hingga 2007, kemudian di Global TV hingga awal tahun 2011.

Aktif berkarir sebagai reporter, Bertha tidak ingin ilmu psikologi yang ia pelajari semasa kuliah sia-sia. Di sela-sela pekerjaannya sebagai reporter, Bertha juga merangkap sebagai asesor dan trainer di beberapa konsultan psikologi ibukota, menjadi penulis artikel psikologi populer di media cetak maupun online, dan narasumber pada beberapa acara televisi. Pasal tantangan menyeimbangkan dua pekerjaan dalam satu waktu, Bertha menganggapnya sebagai bagian investasi untuk pengembangan individu dan karirnya di masa depan. “Kalau kita hanya berfokus pada satu jenis kegiatan atau keahlian, kita akan sulit memperoleh peluang untuk berkembang,” ia berpendapat.

Tiga belas tahun malang melintang di dunia media, Bertha memutuskan terjun ke ranah pengembangan sumber daya manusia. Setelah hampir 2 tahun bergabung di Kompas Gramedia Group, sejak tahun 2012, Bertha bergabung dengan PT. Mitra Adiperkasa (MAP), sebuah perusahaan penyalur berbagai produk merek mancanegara. Ia berhasil menapaki tangga karir hingga sampai pada posisinya saat ini sebagai General Manager of Human Resources. Namun, Bertha masih memiliki satu impian besar: menjadi CEO atau presiden direktur perusahaannya sendiri.

“Setelah bekerja dan berkompetisi di bisnis internasional dengan karyawan lebih dari lima puluh ribu muncul pertanyaan: apa saya akan bekerja di HR selamanya? Padahal, level tertinggi di bidang HR mungkin hanya direktur. Masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya saya bisa sampai di level tertinggi sebuah bisnis,” Bertha mengutarakan motivasi di balik mimpinya. “Saya ingin menunjukkan suatu saat nanti, seorang lulusan Psikologi bisa juga sukses di dunia bisnis dan bersaing dengan lulusan jurusan lain.”

Prinsip kesuksesan Bertha: CARL

Bagi Bertha, keberhasilannya mencapai tahap karirnya saat ini didukung oleh empat nilai yang ia pegang teguh, yaitu communication, attitude, resilience, dan learning (CARL).

Nilai pertama, communication, bagi Bertha merupakan salah satu komponen terpenting untuk menunjang kesuksesan di dunia kerja. Namun kemampuan inilah yang kerap luput dikembangkan semasa kuliah; Bertha kerap menyayangkan banyak alumni universitas ternama, khususnya UGM, yang tertinggal dari lulusan institusi lainnya di dunia kerja hanya karena kurangnya kemampuan berkomunikasi dan membawa diri. Untuk mencegah hal ini, Bertha berpesan kepada mahasiswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

“Selama kuliah, berorganisasi dan ikut komunitas membuat saya mudah berkomunikasi sehingga saya bisa punya networking yang luas,” ungkap Bertha. Jaringan yang dimiliki, lanjut Bertha, akan sangat memudahkan proses pengembangan karir di masa depan.

Nilai berikutnya, attitude, menentukan cara kita berperilaku dan berhubungan dengan orang lain. Kedua hal ini berperan penting dalam merefleksikan kepribadian seseorang, serta memberikan kesan pertama bagi orang lain. Oleh karena itu, Bertha berpesan untuk mempertahankan sikap yang baik dan tertata, serta menyesuaikan cara dan media berkomunikasi dengan konteks dan situasi di mana kita berada. Sementara itu, nilai resilience menentukan kemampuan seseorang untuk bangkit dari tantangan dan kegagalan yang dialami.

Terakhir namun yang terpenting, nilai learning bermakna tidak pernah berhenti belajar dan mengabdikan ilmu yang dimiliki. Pesan dari seorang dosen favorit di Fakultas Psikologi, yang berbunyi “setiap hari kita harus selalu mengatakan satu huruf: O,” memotivasi Bertha untuk menjadi pribadi yang selalu haus belajar dan mengembangkan kompetensinya, khususnya dalam bidang public speaking, asesmen dan training, serta bisnis yang menjadi minatnya.

Beberapa bukti kompetensi Bertha mencakup pelatihan komunikasi di Radio Netherland Training College (yang ditempuhnya dengan bantuan beasiswa Netherlands Fellowship Program), serta sertifikasi Training & Assessment di University of Technology Sydney. Pada tahun 2015, untuk mendukung impiannya mencapai tangga tertinggi perusahaan, Bertha menempuh pendidikan Master of Business Administration (MBA) di UGM yang diakhirinya dengan hasil sangat memuaskan.

Bagi Bertha, menimba ilmu sebanyak mungkin dan menerapkannya menjadi bekal setelah perjalanan karirnya selesai. “Jadi ketika saya pensiun, saya masih bisa berkontribusi sebagai konsultan, menulis buku, atau berbagi pengalaman. Pengalaman dan pencapaian yang dimiliki pasti juga akan memuaskan,” ujar Bertha mengakhiri. (Royyan)