Ratna Prabandari, alumnus Fakultas Psikologi UGM angkatan 1998, saat ini berkarir sebagai Kepala Divisi Pelayanan Beasiswa Lembaga Pelayanan Dana Pendidikan (LPDP). Kontribusinya di LPDP berperan penting dalam mewujudkan mimpi puluhan ribu pemuda Indonesia untuk melanjutkan studi di berbagai perguruan tinggi di luar negeri tanpa beban biaya.
Bagi Ratna, perjalanannya mulai dari memasuki Fakultas Psikologi UGM, hingga berkarir di LPDP dipicu serangkaian hal tidak terduga. Pada awal kuliah, ia berprinsip dua hal: pertama, memilih jurusan Psikologi untuk menghindari hafalan (kualat pertama). Kemudian, ia bertekad untuk menghindari bidang psikometri–yang menjadi kualat kedua, karena bidang inilah yang nantinya akan ia tekuni selama bertahun-tahun setelah lulus.
Selama berkuliah di Psikologi, Ratna mengaku tidak memiliki minat yang terstruktur; ketertarikannya mencakup bidang pendidikan, perkembangan, serta industri dan organisasi. Minatnya di bidang psikometri sempat tumbuh ketika ia mengambil kelas penyusunan skala psikologi oleh Saifuddin Azwar, namun dengan pesat kandas karena nilai yang kurang memuaskan. Di samping kuliah, Ratna juga disibukkan dengan menjadi asisten praktikum dan penelitian, serta menyambi sebagai guru bahasa Inggris di beberapa sekolah formal maupun non-formal.
Pasca lulus dari Fakultas Psikologi pada tahun 2003, Ratna mencoba melamar lowongan PNS di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Yogyakarta. Meski tidak diterima di LPMP, ia justru dipanggil untuk bergabung dengan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) di Jakarta. Tugas membuat dan menganalisis soal berbagai asesmen akademik di Puspendik membuat Ratna kembali bersinggungan dengan bidang psikometri, yang lambat laun ia dalami dan nikmati.
Pada tahun 2008, dengan bantuan beasiswa USAID, Ratna melanjutkan studi di Universitas Massachusetts-Amherst untuk mendalami bidang pengukuran pendidikan dan psikometri yang dituntaskannya di tahun 2009. Selang empat tahun kemudian, ia dipanggil untuk bergabung dengan LPDP; sebagai Kepala Divisi Monitoring dan Evaluasi, kemudian Divisi Pelayanan dan Pembiayaan, serta Pengelolaan Alumni dan Talenta.
Selama enam tahun, Ratna berperan dalam pengembangan LPDP mulai dari awal geliatnya hingga menjadi program beasiswa berprestise. Perannya mencakup melakukan pembinaan bagi penerima beasiswa, monitoring dan evaluasi program, dan pengelolaan alumni. Ratna juga berkontribusi membuat berbagai instrumen seleksi, seperti tes potensi akademik (TPA), wawancara, dan leaderless group discussion (LGD), pekerjaan yang memanfaatkan ilmu asesmen dan psikometri yang telah ia kuasai.
Salah satu peran terpenting Ratna di LPDP adalah menjaga hubungan antar alumni, serta bekerja sama dengan berbagai stakeholder berupa instansi pemerintah dan BUMN, peran yang dijulukinya “connecting the dots”. Mengirimkan ribuan pemuda berprestasi untuk belajar di luar negeri dan membantu pengembangan karir mereka setelah lulus menjadi kepuasan tersendiri bagi Ratna, sekalipun perannya hanya sebatas di “belakang layar”. Fakta bahwa ada banyak alumni LPDP yang menorehkan prestasi dan berkontribusi bagi perkembangan masyarakat Indonesia membuat Ratna bahagia dan optimis; setidaknya masih banyak pemuda Indonesia yang dapat memberikan negeri ini masa depan yang cemerlang.
Belajar dari pengalaman karirnya, Ratna berpesan untuk selalu menjaga niat yang lurus dan menjaga prinsip dalam melaksanakan tugas. Sepanjang seseorang selalu mempertahankan prinsip serta menetapkan niat untuk kepentingan orang banyak, semesta akan selalu mendukung perjalanan kita. Dalam menentukan pilihan hidup, pertimbangkan dengan matang setiap pilihan yang akan diambil, kemudian nikmati prosesnya. (Royyan)