Setiap orang menemukan passion dalam waktu-waktu yang berbeda. Alumni yang satu ini, di saat kuliah mungkin bisa dikatakan mahasiswa biasa saja, tapi siapa sangka skripsi menuntun arah hidupnya. Beliau bernama Clara Rosa Pudji Yogyanti-Ajisuksmo atau Clara Ajisukmo untuk lebih singkatnya.
Beliau merupakan Alumni Fakultas Psikologi UGM angkatan 1976. Awalnya, Bu Clara ingin mendalami Sastra Perancis, namun Ayahanda menghendaki agar beliau belajar Psikologi dengan pertimbangan belajar Bahasa Perancis tidak harus di Fakultas Bahasa Perancis. Minat beliau akan dunia pendidikan dimulai dari kesadaran bahwa pendidikan adalah hal yang dasar dari kesejahteraan manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang Individu, maka semakin sejahtera. Selain itu, beliau juga memiliki concern pada kelompok marjinal karena kelompok tersebut adalah kelompok yang tidak bisa mendapatkan haknya memperoleh pendidikan. Oleh karenanya, menurut Bu Clara, wajib untuk membantu mereka. Minat beliau di dunia pendidikan saat kuliah di UGM juga tertuang dalam skripsi berjudul “Hubungan Motivasi Berprestasi Mahasiswa dengan SES (Socio-economic Status) orang tua”.
Hebatnya, sebelum lulus dari bangku S1, Bu Clara melamar dan diterima di Pusat Penelitian Unika Atma Jaya sebagai peneliti sehingga beliau tidak sempat menganggur. Sejak saat itu hingga sekarang, Bu Clara masih bekerja di Pusat Penelitian Unika Atma Jaya (sekarang bernama Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat) dan menjadi dosen di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dan tidak pernah mengalami pergantian profesi.
Selama tiga puluh tahun lebih berkarir di bidang pendidikan, banyak karya yang telah Bu Clara lakukan. Beliau telah melakukan banyak penelitian di bidang pendidikan dan membantu akses pendidikan pada kelompok-kelompok marjinal. Bu Clara merupakan konsultan untuk penelitian Scientific Technological Vocational Education for Girls dari UNESCO, HIV/AIDS Prevention PRogramme di Papua dari UNICEF, Reproductive Health Prevention in Aceh Province dari UNICEF, Baseline Study of Peace Education in Papua dari World Vision Indonesia. Selain itu, beliau juga konsultan untuk Kemendikbud untuk Pendidikan Karakter dan Akhlak Mulia dan pernah untuk Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Meskipun sudah mencapai banyak prestasi di bidang pendidikan, Bu Clara masih ada target yang belum beliau capai. Beliau memiliki harapan agar bisa hidup di pulau terpencil. Hal ini tidak terlepas dari tujuan beliau untuk membantu orang-orang marjinal mengakses hak akan pendidikan. (Hanif)