Bergabung dengan kepolisian mungkin kurang terdengar familiar bagi telinga mahasiswa dan alumni Psikologi. Akan tetapi, karir di instansi kepolisian dapat menjadi prospek yang luar biasa. Bagi Adi Suhariyono, alumni Fakultas Psikologi UGM angkatan 1986, berkarir di Kepolisian Republik Indonesia (Polri) selama hampir 30 tahun menjadi tempat untuk mengabdikan serta mengembangkan ilmu psikologi yang telah ia pelajari.
Lahir dari keluarga sederhana di Desa Tegalmulyo, Klaten, bergabung dengan kepolisian bukanlah mimpi masa kecil bagi seorang Adi Suhariyono. Justru kebetulan—atau takdir—menempatkannya pada alur karir yang ia jalani hingga saat ini.
Suatu hari di kampus, mata Adi tertarik pada poster seleksi program Perwira Beasiswa ABRI, yang saat itu masih menaungi Polri. Kata kunci sederhana, “beasiswa”, memantik motivasinya untuk mendaftar. Sisanya seperti mengalir begitu saja; setelah berhasil melalui proses seleksi, Adi menjalani empat bulan pendidikan dan pelatihan di Surabaya, di mana ia mengukuhkan statusnya sebagai Perwira Polisi pada tahun 1990.
Mulusnya proses seleksi dan pelatihan yang dijalani, Adi akui, tidak lepas dari aktivitasnya sebagai anggota organisasi pecinta alam, khususnya Pecinta Alam Psikologi (PALAPSI). Rutinitas latihan fisik yang terbentuk dari kegiatan PALAPSI menunjang proses seleksi dan pendidikan keperwiraan yang menuntut kekuatan jasmani. Bergabung di organisasi tersebut juga membentuk soft skills yang cukup krusial dalam pekerjaannya, seperti merencanakan dan mengevaluasi kegiatan, team work, serta semangat pantang menyerah. Karakter tersebut terbentuk dari berbagai aktivitas ekspedisi alam yang diikutinya, khususnya mendaki gunung, yang aktif ditekuni Adi sebagai hobi sampai saat ini.
Resmi menjadi Perwira Polisi, Adi kembali berkuliah di Fakultas Psikologi UGM dengan dukungan penuh beasiswa. Setelah lulus pada tahun 1993, Adi dipanggil untuk bertugas di markas Dinas Psikologi Polri di Jakarta selama setahun. Dua puluh tahun berikutnya dihabiskannya dengan bertugas sebagai tenaga psikologi di departemen kepolisian yang ada di pulau Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Sumatera. Tugas Adi di Dinas Psikologi Polri terbagi menjadi dua fungsi utama: fungsi personel, yang mencakup seleksi anggota baru, konseling, dan pemeriksaan psikologis personel untuk berbagai kebutuhan; serta fungsi kepolisian, yaitu pemeriksaan dan asesmen psikologis terhadap saksi, korban, atau pelaku tindak kriminal.
Setelah mengabdi di berbagai penjuru Indonesia, tangga kenaikan tiba dengan dipromosikannya Adi menjadi Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) pada tahun 2014. Adi ditarik kembali ke Markas Besar (Mabes) Polri di Jakarta, untuk bergabung dengan Assessment Center Polri. Di unit ini, Adi aktif mengembangkan dan melaksanakan asesmen psikologis untuk keperluan internal Polri dan lembaga pemerintahan lainnya. Ia juga bertugas di garda depan pengembangan SDM Polri melalui pemetaan kompetensi, serta mengelola talent pool yang dimanfaatkan untuk kaderisasi calon-calon pemegang posisi kepemimpinan Polri di masa depan.
Di sela-sela pekerjaannya, Adi juga aktif mengikuti berbagai konferensi dan himpunan keilmuan. Ia sempat diamanahi jabatan sebagai Ketua Himpunan Psikologi (Himpsi) Wilayah Sumatera Selatan. Pada bulan Juli lalu, ia menjadi salah satu penyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Adi juga kerap mengikuti pendidikan pengembangan kepolisian secara berkelanjutan; saat ini, ia sedang menjalani Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I di Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, hingga bulan Desember 2019.
Perjalanan Adi selama puluhan tahun di kepolisian membuka matanya akan prospek kontribusi alumni Psikologi yang sangat luas. Pekerjaan Adi di kepolisian, yang berfokus pada konseling dan asesmen, memungkinkannya untuk menerapkan serta mengembangkan ilmunya dalam bidang klinis serta industri dan organisasi yang menjadi minatnya; namun, ruang gerak alumni Psikologi di kepolisian tidak terbatas di situ saja. Sebagai contoh, seorang alumni Psikologi dapat bekerja di fungsi kedokteran, forensik, atau reserse untuk menangani beragam kasus spesifik seperti pembunuhan, terorisme, ataupun kejahatan kerah putih. Pada intinya, kebutuhan akan tenaga dengan latar keilmuan khusus, tidak terkecuali psikologi, akan selalu ada untuk mengiringi perkembangan tugas dan fungsi kepolisian yang semakin kompleks.
Prinsip yang mengiringi Adi hingga sampai pada posisinya saat ini cukup sederhana: melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Ia berharap dapat terus berkontribusi bagi Polri maupun institusi lainnya, terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Bagi mahasiswa dan alumni Psikologi yang tertarik bergabung dengan kepolisian, ia mengingatkan untuk mempersiapkan kekuatan jasmani dan psikologis, serta kesiapan menghadapi tuntutan kerja dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang konstan. Terakhir, di manapun kita berkontribusi, Adi berpesan untuk selalu menjaga integritas, serta menetapkan dorongan utama karir untuk membangun kemanusiaan dan kehidupan yang lebih bermartabat. (Royyan)