Nadya Permata merupakan salah satu alumni yang terbilang aktif saat menjalani pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Salah satu kegiatan kemahasiswaan yang diikuti adalah Keluarga Muslim Psikologi (KMP). Saat aktif di sana, alumni angkatan 2003 ini berkesempatan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat umum dan anak-anak, salah satunya adalah Nuansa. Dalam kegiatannya di Nuansa, ia mendapatkan berbagai ilmu dan pengalaman yang sangat berguna untuk kariernya saat ini, terutama berkaitan dengan pemasaran hingga fundraising. Tidak hanya itu, Nadya juga menemukan passion-nya di dunia marketing dan entrepreneurship melalui beragam pengalaman tersebut.
Setelah menamatkan pendidikannya di Fakultas Psikologi UGM, berbekal minatnya di bidang marketing sekaligus adanya keinginan berkarier di dunia Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) seperti kebanyakan lulusan di tahun tersebut, ia memutuskan untuk melanjutkan kariernya di bidang ini. Nadya memilih mengawali kariernya di bidang perbankan dengan bergabung pada Officer Development Program (ODP) Bank Mandiri. Bergabung sebagai salah satu talent ODP, Nadya diberikan kesempatan untuk mempelajari hal baru dan hal-hal yang selama ini tidak pernah dipelajarinya, terutama berkaitan dengan dunia bisnis, hukum hingga keuangan. Menjalani masa tersebut selama satu tahun tersebut memanglah tidak mudah, tetapi dengan ilmu yang didapatkannya di Fakultas Psikologi UGM ia mampu beradaptasi, bertahan dan terus berkembang. Selepas masa trainee tersebut, ia ditempatkan di Lampung dan diminta untuk turun langsung di bidang yang sepenuhnya bisnis, bukan human resources seperti kebanyakan lulusan psikologi yang berkarier di dunia PIO.
Menjalani karier selama hampir 13 tahun di dunia bisnis dan perbankan memang tidak membuatnya lepas begitu saja dari penerapan ilmu psikologi. Dengan jabatannya saat ini, yakni Kepala Cabang Bank Mandiri, ia banyak menerapkan ilmu PIO terutama organizational development. Dengan ilmu yang ia miliki tersebut, ia mampu mengatur timnya sehingga dapat bekerja dengan baik di tengah tuntutan dan ritme pekerjaan yang tinggi. Tidak hanya itu, dengan ilmu psikologi yang ia miliki, ia mampu memahami tim dan anggotanya juga beragam pandangan dan pemikiran yang dimiliki masing-masing individu dalam timnya tersebut.
Seperti pekerja pada umumnya, ia juga mengalami berbagai kendala dalam bekerja, baik datang dari pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Pada tahun 2012, ia menemui kendala yang berkaitan erat dengan pembagian waktu antara pekerjaan dan keluarga. Nadya yang saat itu baru saja melahirkan putrinya yang premature harus mengahadapi pilihan untuk menemani sang putri untuk menjalani operasi jantung atau melanjutkan tugas belajar dari Bank Mandiri di Columbia University, yang mana kedua kesempatan tersebut sama berharganya. Meskipun sempat merasakan ini sebagai kendala dalam bekerja, ia tetap memilih sang anak dan keluarga menjadi prioritas utama dan meninggalkan kesempatan tugas belajar di luar negeri. Di saat memilih diantara kedua keputusan tersebut, ia meyakini bahwa “tidak apa-apa ketika tidak memiliki gelar yang tinggi, karena suatu saat pasti ada pengganti yang sesuai dan tidak harus mendapat hal yang sama dengan itu.” Dengan menghadapi kendala tersebut secara bijaksana dan dewasa, ia mampu menemani sang buah hati untuk menjalani pengobatannya dan tetap menjalani karier di Indonesia. Tidak hanya itu, keyakinan yang ia miliki akan adanya “pengganti” dari pengorbanan yang dilakukannya benar-benar membawa hasil yang manis. Ia memang melepaskan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan master, tetapi ia mendapat kesempatan lain dari Bank Mandiri untuk mengikuti beragam kegiatan termasuk 3 summer courses yang dilaksanakan di luar negeri. Dengan menjalani kursus tersebut, ia mendapatkan ilmu yang banyak serta tetap dapat berkontribusi bagi perusahaannya.
Sebagai alumni yang telah berkarier lama dan memiliki pengalaman yang beragam di bidang PIO, Nadya memberikan beberapa pesan kepada para alumni muda maupun mahasiswa. Perjalan kehidupan yang beragam mengharuskan kita sebagai individu untuk memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Kemampuan ini menjadikan individu tidak mudah menggerutu maupun menyalahkan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, kemampuan adaptasi juga memudahkan individu untuk berfikir cepat terutama dalam mengambil langkah untuk menyesuaian dengan perubahan yang ada. Tidak hanya kemampuan adaptasi, pekerjaan dengan rasa positif dan diiringi dengan usaha juga menjadi hal yang diperlukan individu dalam menghadapi dunia saat ini, terutama di tengah kondisi pandemi yang saat ini menyerang hampir seluruh belahan dunia. (Anjuni)