Ketertarikan Regisda Machdy kepada bidang ilmu Psikologi awalnya bermula ketika beliau membaca sebuah novel berjudul Sheila saat masih di bangku Sekolah Menengah Pertama. Regisda Machdy pun kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Psikologi UGM pada tahun 2010. Selama empat tahun menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Psikologi UGM, Regisda termasuk mahasiswa yang aktif dan memiliki segudang kegiatan. Beliau ikut terlibat dalam BEM dan Senat tingkat Universitas, LM Fakultas Psikologi, CICP, dan juga CPMH. Selain itu, hampir setiap tahun Regis mengikuti kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Menurut Regis, mengikuti kegiatan di kampus dan mempertahankan prestasi akademik adalah dua hal yang sama pentingnya.
Bidang kesehatan mental adalah bidang yang menjadi fokus dari Regis saat ini. Beliau berpendapat bahwa tingkat kesadaran tentang kesehatan mental masih terbilang rendah dan tidak setinggi kesadaran mengenai kesehatan fisik. Jumlah psikolog di Indonesia pada tahun 2012 berjumlah 375 orang, sementara untuk saat ini meningkat menjadi 800 orang. Jumlah tersebut masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia khususnya yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, masih sangat dibutuhkan orang yang bisa menyuarakan hal mengenai kesehatan mental dengan cakupan yang lebih masif. Atas dasar alasan-alasan tersebut, Pijar Psikologi dibentuk oleh Regis dan kawan-kawan pada tahun 2015.
Pijar Psikologi sendiri memenuhi gap yang disebabkan oleh belum adanya media di Indonesia yang berfokus di bidang e-Mental health secara profesional. Sebelumnya, hanya terdapat blog-blog yang dikelola sendiri dan tidak dapat dibuktikan kredibilitasnya. Pijar Psikologi memberikan konten mengenai kesehatan mental yang dikemas secara menarik ala anak muda, namun tetap scientific based sehingga dapat dibuktikan kredibiitasnya. Selain itu, Pijar Psikologi juga menawarkan jasa konsultasi dengan psikolog untuk masyarakat umum secara cuma-cuma—tanpa memungut biaya sepeserpun. Jasa konsultasi ini disusun dengan baik sehingga orang yang berkonsultasi mengetahui kuota konsultasi maupun kapan konsultasi mereka akan dibalas.
Perkembangan Pijar Psikologi sendiri terbilang pesat. Ketika pertama dibentuk oleh Regis dan kawan kawan pada tahun 2015, Pijar Psikologi memiliki 28 psikolog. Kini, setelah tiga setengah tahun berlalu, Pijar Psikologi telah memiliki 80 orang psikolog yang bekerja secara volunteer. Jumlah pembaca situs Pijar Psikologi sudah mencapai 50.000 pembaca, dan sudah lebih dari 2.000 orang yang berkonsultasi ke Pijar Psikologi. Pijar Psikologi juga beberapa kali memenangkan lomba start up, dimana hasil dari lomba tersebut digunakan untuk pengembangan Pijar Psikologi sendiri.
Perkembangan Pijar Psikologi yang pesat terjadi bukan tanpa hambatan. Tantangan yang harus dihadapi oleh Regis dan kawan-kawan diantaranya adalah mempertahankan psikolog yang bekerja untuk Pijar Psikologi dengan sistem volunteer. Selain itu karena latar belakang Regis dan kawan-kawan adalah dari Psikologi, maka pengembangan website juga memerlukan tenaga dari ahli di bidang IT. Proses pencocokan bahasa antara Psikologi dan IT merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi Regis dan kawan-kawan. Kedepannya, Regis memiliki harapan agar Pijar Psikologi dapat memperluas jangkauan layanannya dan juga menjangkau lebih banyak psikolog. Selain itu, beliau juga ingin agar Pijar Psikologi memiliki banyak aktivitas offline yang menyentuh masyarakat secara langsung seperti workshop dan konsultasi langsung dengan psikolog.
Regis sendiri memiliki keinginan untuk membuat buku tentang psikologi yang dikemas secara populer namun tetap scientific based. Hal ini ingin beliau laksanakan agar orang awam dapat memahami pentingnya kesehatan mental tanpa harus dipersulit oleh istilah-istilah yang terlalu akademis seperti yang biasanya terdapat pada buku dari kalangan akademis. Untuk mahasiswa Fakultas Psikologi yang masih menempuh pendidikan, Regis berpesan agar para mahasiswa tetap mengembangkan jaringan dengan orang-orang dari fakultas lain. Selain itu, mahasiswa tetap harus aktif dalam melihat peluang-peluang untuk mengembangkan diri seperti lomba, pertukaran pelajar, kesempatan bekerja, maupun hal-hal lainnya karena peluang pengembangan diri ketika menjadi mahasiswa sangatlah banyak. (Nokia)