Rubrik alumni kali ini kembali mengangkat kisah sukses alumni Psikologi di bidang Industri dan Organisasi. Kali ini rubrik alumni akan menceritakan kisah Drs. Awaldi, MBA, alumni psikologi tahun 1985 yang saat ini bekerja sebagai Operation Director di Bank Muamalat. Pria kelahiran Pasaman-Sumatera Barat ini memiliki banyak pengalaman di bidang pengembangan sumber daya manusia (Human Resources), baik sebagai pejabat HR di perusahaan, konsultan HR maupun penulis. Mari kita lihat kisah selengkapnya.
Pada bulan Oktober tahun lalu kami berkesempatan untuk mewawancarai Awaldi. Di awal pertemuan dia menyebut sudah takdir hingga akhirnya berkarir di bidang Psikologi. Walapun menyukai matematika, angin kehidupan membawanya untuk mengenal Psikologi lebih dekat, bahkan sejak SMP. Awaldi menulis Tugas Akhir di SMP maupun di SMA terkait dengan bidang Psikologi. Semasa SMA, dimana jurusan studinya adalah IPA, mesti berdebat panjang lebar dulu dengan guru pembimbing sehingga akhirnya disetujui untuk menulis Tugas Akhir terkait dengan Psikologi. Mengikuti SIPENMARU tahun 1985 dengan pilihan utama bidang studi di ITB (Institute Technologi Bandung), dia akhirnya harus menerima ”nasib” lulusnya di Fakultas Psikologi UGM, walaupun mencoba restest lagi dua tahun kemudian secara berturut-turut untuk usaha studi di bidang tekhnologi. Semuanya kandas dan berakhir di Bulaksumur. Awaldi menyebut itu sebagai “takdir kehidupan”, yang belakangan dipahami sebagai keniscayaan yang harus diterima untuk menikmati keindahan sorga dunia.
Awaldi dengan bangga mengatakan bahwa Prof Djamaluddin Antjok sebagai pembimbing penting dalam hidupnya, setidaknya memberikan kesempatan kepadanya untuk bekerja di Pusat Penelitian Kependudukan (PPK) kala itu. Selain menyambung hidup yang “senen-kamis” karena sudah tidak dapat duit belanja dari kampung, di kantor itu dia banyak berkenalan dengan buku-buku sosial dan para peneliti tekun, antara lain seperti Faturohman dan Helly Sutjipto.
Awaldi adalah Ketua BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) Psikologi UGM tahun 1987-an, dan terlibat dalam aktivasi majalah Psikomedia bersama Bagus Riyono tahun 1986-an, yang membawanya kepada keperuntungan menjadi Pimpinan Redaksinya untuk masa 2-3 tahun kemudian. Sebagai aktivis jurnalis, selain untuk Psikomedia dan Balairung, Awaldi juga aktif menulis untuk berbagai surat kabar populer seperti Kedaulatan Rakyat, Jogja Pos, dan Berita Nasional, serta koran dan majalah Nasional. Dia pernah dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik dalam bidang jurnalistik selama 3 tahun berturut-turut.
Di luar kampus, Awaldi juga aktif sebagai Ketua Ikatan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Sumatera Barat di Yogya. Ikatan itu menjadi wadah aktivitas sosial, olahraga dan silaturahmi warga minang khususnya pemuda di Yogya. Dia juga menjadi penyiar radio di beberapa stasiun radio di Yogyakarta (Radio Arma Sebelas dan Radio Suara Istana). Dia sempat mencoba keberuntungan untuk menjadi penyiar TVRI dan sempat bertemu Ishadi SK di kantornya yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Stasiun TVRI Yogya. Dalam kenangan Awaldi, Ishadi dengan senyum setengah sinis dan berkelakar memberikan jawaban dengan bertanya, “logatmu aja bercengkok minang, kok beraninya mau jadi penyiar, di TV lagi?”. Dalam hati Awaldi menjawab, “namanya juga usaha”.
Berciata-cita sekolah ke luar negeri dan menjadi Profesor di UGM (seperti yang dijanjikan Pak Djamal), akhirnya Awaldi harus berdamai dengan tawaran yang diberikan Bank Niaga untuk mengikuti kelas management trainee (MT) walaupun waktu itu belum lulus kuliah. Setelah setahun mengikuti MT, pendidikan bankir Bank Niaga (Program Pendidikan Eksekutif, saat itu dikenal sebagai pendidikan bankir terbaik di Indonesia), Awaldi di tempatkan sebagai Auditor. Akan tetapi setahun kemudian dia minta untuk dipindahkan ke departemen SDM, sesuai dengan minat dan “panggilan kehidupan”. Di Bank Niaga, Awaldi pernah menjadi Training Manager, Head of HR, di tempatkan di CIMB Kuala Lumpur sebagai Direktur Commerce Leadership Institute. Sekembali dari Kuala Lumpur tahun 2009 sempat sebentar menjabat sebagai Head of HR Development, tak lama setahun kemudian pindah ke Group HSBC (Bank Ekonomi) sebagai Head of HR dan Project Manager Business Transformation.
Tahun 2012, karena terpanggil DNA nya sebagai peneliti, Awaldi menerima tawaran menjadi Direktur di Global HR Consultant, Towers Watson, selama 4 tahun. Di Tower Watson Awaldi menyebut bertemu dengan orang-orang hebat dari berbagai belahan dunia yang komit dalam pengembangan riset dan teori HR. Berbagai framework HR terbaru di bidang Organisation, Culture, Employee Value Proposition, Total Rewards, semua ditelan. Awaldi sempat mempraktekkan ilmu itu dengan menjadi konsultan untuk bank-bank besar seperti Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Danamon, Bank Mandiri Syariah, Bank BTPN, dan perusahaan besar lainnya seperti Nike, Semen Indonesia, dan lain-lain. Semua pengalaman sebagai konsultan dituliskan dalam kolom tetapnya di Infobank 2012-2017, dan menulis buku yang berjudul “Karyawan Galau Nasabah Selingkuh” tahun 2015 yang bisa dibeli online di Tokpedia.
Tahun 2015 Awaldi kembali terjun ke dunia industri dengan menjadi Direktur SDM di Bank Mualamat. Awaldi mengatakan kembali ke industri untuk memberikan impak yang lebih terasa dengan pemahaman yang lebih solid tentang HR sebagai konsultan. Tahun 2018, Awaldi memegang portfolio segabai Direktur Operasi Bank Muamalat. Awaldi menyebut ini sebagai “perjalanan hidup” untuk kesempatan memberikan yang terbaik yang kita miliki bagi kemaslahatan lebih banyak orang. Katanya, “setiap manusia memiliki potensi tidak terbatas, karena itu harus berani mengambil tanggungjawab sekalipun berbeda dengan apa yang digeluti selama ini”. Semua itu dalam rangka expanding dan experiencing betapa indahnya kehidupan yang sudah disedikan Tuhan untuk kita.
Sampai sekarang Awaldi masih aktif menulis pemikiran-pemikirannya melalui media online. Salah satu pemikiran Awaldi mengenai HR ialah pentingnya pemahaman holistik terhadap budaya dan organisasi dalam pengembangan SDM. Sehingga pendekatan tidak hanya secara individual tetapi juga secara total dan menyeluruh. Karena itu untuk menjadi professional di bidang SDM tidak cukup hanya pehamaman di bidang keilmuan psikologi, mesti juga memahami ilmu antropologi dengan lebih baik. Tidak hanya pendekatan kuantitaf dan statistik, akan tetapi harus banyak menggunakan pendekatan observasi, “blusukan” dan kualitatif untuk mengenal bahkan memberikan solusi terbaik kepada persoalan individu maupun organisasi.
Diakhir wawancara Awaldi berbicara mengenai asset paling berharga, yaitu kesehatan jiwa dan raga. Raga yang sehat akan melahirkan pemikiran yang sehat dan positif. Dengan pemikiran yang sehat dan positif, maka kita akan dapat mengoptimalkan produktifitas dan kontribusi kita untuk masyarakat. Tanpa itu kita tidak akan cukup energi dan kreatifitas untuk memberikan solusi terbaik. Ciptakanlah kebiasaan hidup yang baik dengan melakukan olahraga fisik secara teratur, sehingga ibadah spritual maupun sosial akan lebih optimal*). (Nabila)